Selasa, 19 April 2011

PROSEDUR BETON PRACETAK

 Tujuan Beton Pracetak

Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.

a.      Keuntungan Beton Pracetak
·         Pengendalian mutu teknis dapat dicapai, karena proses produksi dikerjakan di pabrik dan dilakukan pengujian laboratorium
·         Waktu pelaksanaan lebih singkat
·         Dapat mengurangi biaya pembangunan
·         Tidak terpengaruh cuaca
b.      Kendala Precast
  • Membutuhkan investasi awal yang besar dan teknologi maju
  • Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian
  • Diperlukan peralatan produksi ( transportasi dan ereksi )
  • Bangunan dalam skala besar

Metode Membangun dengan Konstruksi Precast
a.   Serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses produksi adalah  :
1.    Pembuatan rangka tulangan
2.    pembuatan cetakan
3.    Pembuatan campuran beton
4.    Pengecoran beton
5.    Perawatan ( curing)
6.    Penyempurnaan akhir
7.    Penyimpanan

b.   Transportasi Dan alat angkut
            Transportasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transport.
Yang perlu diperhatikan dalam system transportasi adalah :
·         Spesifikasi alat transport
·         Route transport
·         Perijinan
Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan ( perakitan ).

Peralatan angkat untuk memasang beton pracetak dapat dikategorikan sbb :
1.    Crane mobile
2.    Crane teleskopis
3.    Crane menara
4.    Crane portal

c.    Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi )
     Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah  :
a)    Dirakit per elemen
b)   Lift – Slab system

Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis.
Prinsip konstruksinya sebagai berikut :
·         Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah
·         Kolom merupakan penyalur beban vertical dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat.
·         Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis.
c)    Slip – Form System
Pada system ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan.
d)   Push – Up / Jack – Block System
Pada system ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidranlic – jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertical.
e)    Box System
konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton.


PRINSIP KONSTRUKSIONAL

Berikut prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk disain structural  :

  1. struktur terdiri dari sejumlah tipe-tipe komponen yang mempunyai fungsi seperti balok, kolom, dinding, plat lantai dll
  2. Tiap tip[e komponen sebaiknya mempunyai sedikit perbedaan
  3. Sistem sambungan harus sederhana dan sama satu dengan yang lain, sehingga komponen-komponen tersebut dap[at dibentuk oleh metode yang sama dan menggunakan alat Bantu yang sejenis
  4. Komponen harus mampu digunakan untuk mengerjakan beberapa fungsi
  5. Komponen-komponen harus cocok untuk berbagai keadaan dan tersedia dalam berbagai macam-macam ukuran produksi
  6. Komponen –komponen harus mempunyai berat yang sama sehingga mereka bias secara hemat disussun dengan menggunakan peralatan yang sama




Ada tiga macam konstruksi prefabrikasi  :

a.    Pembuatan didalam sebuah pabrik, dimana komponen-komponen mudah untuk dibuat dan nyaman untuk pengangkutan
b.    Pembuatan pada site dengan menggunakan alat-alat mekanik
c.    Rangkaian dari komponen dirakit ke dalam komponen-komponen yang lebih luas



Klasifikasi Sistem Pracetak Beton
Sistem pracetak dibagi menjadi dua kategori yaitu  :

a.   Sebagai komponen struktur

Tiang pancang beton dan system sambungan
Ada beberapa bentuk dari tiang pancang. Bentuk yang paling umum adalah persegi massif, karena paling mudah dibuat. Varian lain adalah bentuk bulat berongga (spinning) dalam cetakan yang berbentuk bulat.

Pelat Lantai Pracetak
Pada tahun 1984, komponen pracetak lantai mulai dikenal di Indonesia pada pembangunan menara BDNI. Bentuk yang umum digunakan adalah pelat prategang berongga (hollow core slab).

Girder jembatan dan Jalan Layang
Komponen ini sangat popular karena jelas lebih mudah bibandingkan struktur baja. Varian pertama berbentuk void slab, dengan system prategang pratarik, varian berbentu I , dengan system prategang pascatarik, varian berbentuk Y, varian berbentuk box dengan system prategang pascatarik.

Turap
Adalah struktur geoteknik yang fungsinya menanam perbedaan tinggi tanah, misalnya pada struktur galian, kolam atau timbunan.

Bantalan Rel
Sejak jaman Belanda bahan kayu popular digunakan unytuk bantalan rel.

b.   Sebagai sistem struktur

Sistem Waffle Crete (1995)
Sistem ini termasuk katagori system dinding pemikul dengan komponen pracetak berupa panel lantai dan panel dinding beton bertulang yang disambung dengan baut baja.


Sistem Column-Slab (1996)
Keunggulan system ini terletak pada perencanaan struktur elemen dan kepraktisan pemasangannya. Pemasangan ini sangat cepat yaitu dua hari perlantai bangunan.

Sistem L Shape Wall (1996)
Komponen utamanya adalah dinding pracetak beton bertulang L, yang berfungsi juga sebagi dinding pemikul.

Sistem All Load Bearing Wall (1997)
Komponen pracetaknya adalah komponen dinding dan lantai beton bertulang massif setebal 20 cm, merupakan system dinding pemikul.

Sistem Bangunan Jasubakim (1998)
Sistem ini termasuk kategori system pracetak komposit hybrid berbentuk langka. Sistem ini mengkombinasikan monolit konversional, formwork dan pracetak. Komponen  pracetak ini selain bersifat struktur juga berfungsi sebagai formwork dan perancah untuk beton cor di tempat.

Sistem Bresphaka(1999)
Ciri khas system ini adalah menggunakan bahan beton ringan untuk komponen kolom dan balok.Bahan beton ringan utamanya adalah agregat kasar yang terbuat dari bahan abu terang. Ciri khas yang lain adalah kolom berbentuk T serta komponen lainnya adalah balok dan pelat.

Sistem, Cerucuk Matras Beton
Solusinya dengan menggunakan system cerucuk matras beton yang dapat dipasang sedalam yang direncanakan dengan melakuakn penyambungan, sehinnga dapat diperoleh daya dukung, penurunan dan tingkat kestabilan yang diinginkan.





TRANSPORTASI DAN ERETION KOMPONEN STRUKTUR REFABRIKASI

a.    Komponen prefabrikasi unit beton precast dapat dikatakan ekonomis hanya jika biaya transportasi dan eresktion dari keseluruhan produksinya secra signifikan dapat lebih rendah dari biaya dengan beton konvensional ( concrete in situ ).
b.    Nilai transportasi dan erection munghkin dapat ditekan rendah bila rekayasa mekanik dalam manufaktur ditingkatkan
c.    Pada dasarnya ada dua bentuk transportasi :
1.    Transportasi jalan raya
2.    Transportasi dengan rail
d.    Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan transportasi
1.    Jarak angkut  -  jarak ekomonis 200 km
2.    Dimensi objek yang diangkut
3.    volume objek yang diangkut – minimum 400 unit
4.    Frekuensi  pengangkutan
5.    Sifat material objek yang diangkut
6.    Waktu yang tersedia
7.    sebaran lokasi pembangunan
8.    Lokasi projek dan aksessibilitas
9.    Biaya yang tersedia
10. Legalisasi sdistem transportasi

Senin, 18 April 2011

METODE PELAKSANAAN PROYEK

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Berikut ini adalah tahapan pekerjaan yang akan dilakukan dalam proyek ini :

1. Persiapan Pekerjaan
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan, persiapan yang harus dilakukan dalam proyek adalah mempersiapkan tenaga kerja yang profesional yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain dari pekerja-pekerja lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus mempersiapkan staf pengawas lapangan baik dari proyek itu sendiri, konsultan, maupun kontraktor.

b. Mobilisasi Peralatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan penyedia fasilitas- fasilitas yang berfungsi dapat mendukung terlaksananya dan kelancaran kegiatan proyek mutlak diperlukan. Oleh karena itu alat-alat berat digunakan sebagai salah satu fasilitas dalam pekerjaan dapat menunjang kelancaran dan terlaksananya kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, mulai dari tahap pelaksanaan sampai akhir tahap pelaksanaan.

Alat-alat berat tersebut harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi lapangan dan kemampuan pekerjaan yang mampu dilaksanakan, dimana sejumlah alat berat perlu dikoordinasikan dengan secermat mungkin untuk mendapatkan efisiensi pekerjaan yang sebaik-baiknya.

Peralatan yang dipergunakan pada proyek Peningkatan Jalan Penghubung/Poros Desa Lorok – UPT 1 Parit antara lain yaitu :
Motor Grader, Vibrating Compactor, Tired Roller, Mobil Pick up, Sekop Penebar Agregat, Aspalt sprayer, Tandem Roller,

2. Mobilisasi Material
Material yang dipergunakan dalam proyek Pembanguan Jalan Penghubung/Poros Desa Lorok – UPT 1 Parit antara lain berupa agregat kelas A, agregat kelas B, serta aspal. Batu pecah yang berupa bahan dasar dari agregat kelas A dan agregat kelas B didatangkan dari jasa peyedia . Sedangkan untuk aspal, diperoleh dari tempat pengolahan aspal yang berlokasi Boom Baru Pusri Palembang.

3. Pelaksanaan Lapangan
Pelaksanaan pekerjaan untuk proyek ini meliputi pekerjaan tanah dasar yaitu berupa galian dan timbunan. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan perkerasan berbutir yang terdiri dari pekerjaan penghamparan sirtu kelas C untuk lapis pondasi bawah dan juga pekerjaan penghamparan agregat B untuk lapis pondasi atas. Setelah itu pekerjaan perkerasan beraspal yaitu pekerjaan lapis permukaan baru dapat dilakukan. Pekerjaaan lapis permukaan pada proyek ini mempergunakan perkerasan lentur berupa lapisan penetrasi.

3.1 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan awal dari pengerjaan pembuatan jalan adalah pekerjaan pemadatan tanah dasar, karena lapisan tanah dasar merupakan lapisan akhir yang menerima beban, baik baban mati maupun beban bergerak. Tanah timbunan (urugan) yang dipergunakan untuk tanah dasar dibagi menjadi dua macam yaitu tanah timbunan biasa dan tanah timbunan pilihan. Pada proyek ini digunakan tanah timbunan biasa.

A. Penyiapan Tanah Dasar (Sub Grade)
Pekerjaan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
1. Pembersuhan Daerah Milik Jalan (DMJ) untuk jalan penghubung selebar 15 – 20 meter. Pekerjaan ini meliputi pembersihan segala macam tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, sampah, akar-akar dengan menggunakan Motor Grader.
2. Pembuangan Lapisan Tanah Atas (Top Soil)
Pada umumnya, pekerjaan ini meliputi pembuangan lapisan tanah humus, dan akar-akar yang ketebalannya tidak boleh kurang dari 30 cm dari permukaan tanah asli. Pekerjaan ini dilakukan pada daerah galian dan timbunan. Setelah itu, baru dilakukan pemadatan sampai mencapai tingkat pemadatan yang disyaratkan. Pada tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih dahulu dengan membuang tanah yang lembek dan diganti dengan tanah yang baru.

B. Pekerjaan Timbunan
Setelah badan jalan terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah melakukan penimbunan pada bagian jalan yang ketinggiannya rendah sehingga diperoleh ketinggian badan jalan yang sama (rata). Penimbunan juga dilakukan untuk mendapatkan lebar jalan sesuai dengan rencana.

Pada proses penimbunan, hal pertama yang dilakukan adalah menghamparkan tanah timbunan pada daerah yang akan di timbun, setelah itu tanah dasar tersebut diratakan dengan menggunakan motor grader. Selain meratakan tanah, motor grader juga berfungsi membentuk kemiringan melintang jalan. Setelah diratakan lapisan tanah dipadatkan dengan menggunakan tandem roller atau mesin gilas roda tiga yang dilakukan berulang-ulang sampai padat. Setelah dipadatkan menggunakan tandem roller, lapisan atas dipadatkan lagi menggunakan vibrating compactor.

Pada penggunaaan vibrating compactor selain dapat memadatkan tanah juga dapat memberikan tekanan dan getaran terhadap material yang dipadatkan sehingga gelembung udara yang masih terperangkap di dalam tanah dapat keluar secara berangsur-angsur. Selain itu pemadataan juga bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah dan menghindarkan pergeseran yang dapat menyebabkan keretakan serta dapat menaikkan daya tahan tanah terhadap perubahan cuaca.
Pekerjaaan tanah dasar harus diselesaikan sepenuhnya terlebih dahulu, setelah itu baru dilanjutkan dengan pekerjaan perkerasan lapis pondasi bawah (sub base). Pada pengerjaan lapisan pondasi bawah, lapis pondasi tersebut tidak boleh ditempatkan, dihamparkan, atau dipadatkan sewaktu turun hujan dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan.

Lapis pondasi dari bahan sirtu dibawa menggunakan dump truck ke badan jalan, kemudian dihamparkan menggunakan motor grader. Selanjutnya dirapikan secara manual oleh pekerja. Setelah itu lapisan pondasi tersebut dipadatkan dengan vibrating compactor agar bahan sirtu tertanam kuat pada tanah dasar dan tingkat kepadatan yang sesuai dapat tercapai.


3.2 Pekerjaan Lapisan Pondasi (Base)
Setelah lapisan pondasi dihampar dan dipadatkan, maka proses selanjutnya adalah penghamparan batu pokok ukuran 3 – 5 cm sebagai lapis pondasi (base). Sebelum batu pokok dihampar, permukaan pondasi bawah dibersihkan dari kotoran dan debu dengan sapu lidi dan diratakan. Kemudian Batu Pokok disebar/dihampar secara merata di atas permukaan lapis pondasi bawah.










Gambar 4.4 Penghamparan lapis pondasi

Sebelum dipadatkan dengan vibrating compactor, lapisan pondasi tersebut disiram dengan air agar mudah dalam pemadatan dan batu pokok dapat melekat dengan lapisan pondasi bawah sehingga tidak mudah lepas. Penyiraman dengan air ini tentunya tetap memperhatikan kadar air yang tepat. Selanjutnya baru dilakukan pemadatan dengan vibrating compactor yang dimulai dari tepi dan bergeser ke tengah/as jalan sampai padat




3.3 Pekerjaan Lapisan Permukaan (Lapisan Penetrasi)
Pekerjaan lapis permukaan terdiri dari beberapa item pekerjaan, antara lain adalah Lapis Resap Pengikat, Lapis Pengisi rongga. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapis tipis aspal cair yang diletakkan di atas lapis pondasi atas sebelum lapis berikutnya dihampar. Aspal cair ini dapat meresap ke dalam lapis pondasi mengisi rongga dan memperkeras permukaan serta mengikat lapis pondasi dan lapis permukaan.

Hal pertama yang dilakukan pada pekerjaan lapisan penetrasi ini adalah memanaskan aspal yang ada di dalam drum yang telah dibuka di bagian badan atau tutup dari drum tersebut. Pemanasan aspal ini tidak boleh terlalu panas karena dapat menyebabkan kebakaran dan sifat kelengketan dan kelenturan aspal menjadi rusak.

Selanjutnya aspal yang sudah cair atau lapis resap pengikat (prime coat) disemprotkan/disiramkan ke permukaan batu pokok sebanyak kira-kira 3,7 liter setiap meter persegi. Lapis resap pengikat harus disemprot pada permukaan yang kering atau mendekati kering dan pelaksanaan penyemprotan tidak boleh dilaksanakan pada saat angin kencang, hujan, atau akan turun hujan. Sebelum aspal disiramkan, permukaan lapis pondasi terlebih dahulu di bersihkan dengan sapu lidi.

Setelah lapis resap pengikat disiramkan ke permukaan lapis pondasi, batu pengunci ukuran 2 – 3 cm dihamparkan diatas lapis resap pengikat secara merata sebanyak 0,017 meter kubik setiap meter persegi (seperti dalam tabel) dan buat kemiringan melintang lebih kurang 3 %.
Batu pengunci yang sudah dihampar kemudian dipadatkan dengan vibrating compactor minimal 6 kali lintasan sampai padat, atau seperti prosedur pemadatan pada lapisan pondasi. Yaitu dimulai dari bagian tepi dan bergeser ke tengah/as jalan sampai padat.

Setelah batu pengunci dipadatkan, aspal cair kembali disiramkan secara merata di atas lapisan batu pengunci sebanyak 1,5 liter setiap meter persegi. Kemudian lapisan penutup (pasir) ditebarkan secara merata pada permukaan lapisan batu pengunci yang sudah disiram aspal sebanyak 0,01 meter kubik setiap meter persegi dan buat kemiringan melintang lebih kurang 3 %.

Selanjutnya lapisan penutup yang telah dihampar tersebut dipadatkan kembali dengan vibrating compactor sampai padat dengan prosedur pemadatan sama seperti pemadatan lapisan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan dengan lapisan penetrasi ini, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut :
• Batu pokok, batu pengunci dan lapisan penutup (pasir) harus kering, baik sebelum maupun sesudah disiram aspal.
• Selama beberapa waktu, lapisan penutup akan terdorong ke tepi jalan akibat lalu lintas yang lewat. Oleh karena itu, agar LAPEN tidak cepat aus maka lapisan penutup (pasir) yang tersebar di pingir jalan tersebut harus dikembalikan ke tengah permukaan jalan.

Selasa, 12 April 2011

Sungai dan Pegalirannya



SUNGAI DAN PENGALIRANNYA


Sungai merupakan salah satu unsur penting dan kehidupan manusia, dan manejemen sungai ini dilakukan oleh berbagai profesi. Ahli sipil misalnya mengelola sungai untuk keperluan reservoir, pembangunan pelabuhan dan jembatan. Untuk keperluan tersebut diperlukan pengetahuan tentang sungai, misalnya morfologi dan perkembangannya.

Morfologi sungai adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek perubahannya dalam matra ruang dan waktu. Dengan demikian morfologi sungai ini akan menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling terkait.

Ada dua proses penting dalam pengaliran sungai yaitu erosi dan pengendapan. Erosi akan terjadi pada dinding atau dasar sungai dibawah kondisi aliran yang bersifat turbulen. Pengendapan akan terjadi jika material yang dipindahkan jauh lebih besar untuk digerakkan oleh kecepatan dan kondisi aliran.

 







 

Aliran laminar

Ketika air mengalir dengan lambat, partikel akan bergerak dalam arah paralel. Kecepatan air meningkat dari bawah ke atas.

 

Aliran turbulen

Aliran di alam akan cukup cepat dan mengakibatkan terganggunya aliran laminer. Kecapatan aliran akan berbeda pada atas, tengah, bawah, depan dan belakang. Aliran seperti ini dinamakan aliran turbulen, sebagai akibat dari adanya perubahan friksi, yang akan mengakibatkan perubahan gradien kecepatan. Kecepatan maksium pada aliran turbulen umumnya terjadi pada kedalaman 1/3 dari permukaan air terhadap kedalaman sungai.

Secara horizontal, kecepatan aliran juga akan berbeda dan secara umum kecepatan terbesar akan terjadi di bagian tengah sungai.

Kekuatan air membawa material ke dalam dan pada tebing sungai atau tanggul tergantung pada gaya geser dan gaya tahan. Gaya geser dilambangkan dengan t0 merupakan fungsi khusus dari berat spesific fluida (g), rata-rata jari-jari hidraulik (R) dan slope (S) sungai.

Geometri sungai seperti digambarkan berikut (R dinamakan juga sebagai perimeter basah) dan persamaan tractive force (gaya geser) adalah sebagai berikut :
t0 = g R S



Material batuan merupakan faktor yang berperan dalam proses pembentukan dan bentuk sungai. Ukuran partikel dari material berpengaruh terhadap kemampuan air untuk memindahkannya. Besarnya kecepatan aliran air untuk menggerakkan partikel lempung akan lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan aliran air untuk menggerakkan partikel pasir.

Kemampuan aliran air untuk memindahkan partikel akan tergantung pada rata-rata kecepatan dibandingkan dengan kecepatan aliran dekat kontak antara air dengan dasar sungai. Empat cara material terangkut adalah dalam bentuk larutan, suspensi, saltasi dan dalam bentuk rolling dan sliding. Umumnya beban saltasi dan rolling serta sliding bergerak bersama dinamakan sebagai bed load, sedangkan suspended load dibagi kedalam dua kategori yaitu suspensi permanen dan temporer.

 


MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI


Morfometri DAS atau basin morfometri adalah bagian bentang alam atau lahan dimuka bumi yang dibatasi oleh punggungan atau rangkaian perbukitan sehingga semua aliran permukaan masuk ke sungai induk dan keluar melalui outlet tunggal.

Penentuan batas Daerah Aliran Sungai :
1.      Mencari kontur ganda
2.      Mencari ujung sungai dari orde terkecil
3.      Melihat hubungan dari bukit-bukit




A.    Plain
  1. Bidang Daerah Aliran Sungai (space) = L2
  2. Linement (linier) = L
  3. Linear/space =

B.     Parameter
  1. Luas Daerah Aliran Sungai = A
  2. Panjang Daerah Aliran Sungai = L
  3. Lebar Daerah Aliran Sungai = W = garis terpanjang yang tegak lurus terhadap L, sedangkan lebar rata-rata =
  4. Form factor (Rf)
                      akan = 1  jika berbentuk lingkaran
                                    Rf < 1  bentuk memanjang dan semakin mendekati 1 artinya semakin kompak
  1. Koefisien kekompakkan (Cc)
P = perimeter sesungguhnya
Pc = perimeter pengandaian
Seandainya DAS tersebut berbentuk lingkaran, dengan luas A
Jika A berbentuk lingkaran maka 

  1. Nisbah lingkar (Rc)
  1. Nisbah memanjang atau elongation ratio (Re)
L = panjang sesungguhnya
Dc = diameter pengandaian

C.     Satuan-satuan ukuran
1.      Linear
Panjang di peta x penyebut skala dengan satuan yang sama
2.      Luas
-          planimeter :
-          Grid cell
-          Komparasi berat / luas kertas gambar
-          Triangle space
Contoh :
                 
-          Simpson rule


 

 

SISTEM DAN POLA PENGALIRAN


1.      Sistem pengaliran
Sistem pengaliran sungai adalah aliran sungai baik utama maupun cabang-cabangnya yang membentuk satu kesatuan sistem sungai mengalir melalui suatu lembah pengaliran dalam satu cekungan dan terpisah dari cekungan lainnya oleh suatu batas pemisah air (J.R. Desaunettes).

2.      Pola pengaliran
Menurut beberapa ahli morfologi, pola pengaliran mempunyai pengertian :
  1. kumpulan jalur-jalur pengaliran hingga bagian terkecilnya yang mengalami pelapukan dan tidak ditempati oleh sungai secara permanen (A. D. Howard, 1966)
  2. Susunan garis-garis alamiah yang mempunyai pola tertentu pada suatu daerah yang dikaitkan dengan kondisi geologi lokal dan sejarah geologinya (J. R. Dessaunettes, 1972).
  3. Merupakan gabungan beberapa individu sungai yang saling berhubungan membentuk suatu pola dalam kesatuan ruang (W. D. Thornburry, 1954).

Istilah yang lebih baik digunakan adalah tata pengaliran karena mencerminkan hubungan yang lebih erat dari masing-masing individu sungai dibandingkan dengan garis-garis aliran yang terbentuk pada pola dasar pengaliran yang umum.




Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pola aliran:
  1. kemiringan lereng
  2. perbedaan resistensi batuan
  3. kontrol stuktur
  4. pembentukan pegunungan
  5. proses geologi kuarter
  6. sejarah dan stadia geomorfik dari cekungan pola pengaliran

3.      Klasifikasi pola aliran menurut Arthur Davis Howard, 1967
  1. Pola Aliran Dasar
1.      Dendritik
2.      Paralel
3.      Trellis
4.      Rectanguler
5.      Radial
6.      Anular
7.      Multibasinal
8.      Contorted

  1. Pola Aliran Ubahan
1.      Ubahan dendritik
-          subdendritik
-          pinnate
-          anastomatic
-          distributary
2.      Ubahan paralel
-          subparalel
-          colinier
3.      Ubahan trellis
-          subtrellis
-          directional trellis
-          recurved trellis
-          fault trellis
-          joint trellis
4.      Ubahan rectanguler
- angulate
5.      Ubahan radial
- centripetal
6.      Penggabungan beberapa pola dasar
-          complex
-          compound
7.      Perkembangan pola baru
-          palimpsest

4.      Ukuran-ukuran jaring-jaring
Sistem notasi jaring ditujukan untuk memberikan peringkat atau orde sungai. Orde sungai adalah urutan-urutan sungai berdasarkan cabang yang dimilikinya.
Pembagian orde sungai menurut Strahler :
-          orde 1 tidak mempunyai cabang
-          orde 2 merupakan gabungan orde 1
-          orde 3 merupakan gabungan 2
-          dan seterusnya
Pembagian orde sungai menurut Shreve :
-          orde 1 tidak mempunyai cabang
-          orde selanjutnya merupakan gabungan dari orde sebelumnya.


4.1  Frekuensi sungai (Nu)
Nu = S sungai orde u
Nu+1 = S sungai orde u+1
Semakin besar frekuensi maka Nu semakin kecil, semakin besar orde sungai maka semakin sedikit jumlah sungai

4.2  Panjang sungai
Total panjang sungai orde-u = Lu
Rata-rata panjang sungai orde-u =  

4.3  Jumlah panjang sungai
Jumlah panjang sungai orde-u = SLu = SL1 + (SLu+1) + ….. + (SLu+n)

4.4  Drainage density (kerapatan pengaliran, DD)
dengan      L = jumlah panjang segmen
                  A = luas daerah pengaliran



Koreksi untuk :
DD jika dihitung dari peta topografi (1 : 50.000) menurut Eyler, 1969 :
DD = 1,35 d + 0,26 s + 2,80
Dimana      DD = kerapatan drainage actual (km/km2)
                  d  = kerapatan drainage dari peta topografi (km/km2)
                  s  = kemiringan lereng rata-rata (%)

4.5  Bifucartion ratio (nisbah percabangan/tingkat percabangan sungai, Rb)
Kriteria untuk Rb:
a.       Jika Rb antara 3 – 5 artinya jaring-jaring sungai dalam Daerah Aliran Sungai terpengaruh oleh struktur geologi hanya terjadi erosional saja.. Nilai Rb yang normal selama alami tidak kurang dari 2.
  1. Nilai Rb antara 2 – 3 artinya ada stuktur geologi tetapi hanya antiklin atau sinklin
  2. Nilai Rb > 5 artinya DAS tersebut sangat dipengaruhi oleh stuktur geologi

5.      Relief Sungai
5.1  Relief Sungai (Hu)
Hu = a – b
a = titik tertinggi yang dicapai oleh sungai orde u
b = titik terendah
 
n = jumlah orde sungai

5.2  Gradien Sungai (Su)
Adalah beda tinggi sungai tertinggi dan terendah dibagi dengan panjang sungai.
           

5.3  Relief ratio (Rr)
Adalah perbandingan Hu dan Hu+1

5.4  Gradien ratio

5.5  Relief ratio
dimana      SHu = jumlah relief tinggi cekungan orde u
                  E     = dimensi terpanjang dari sungai = perbedaan elevasi total